Senam
Jumat Bersih
Ngosek Bareng
Ada Psikotes, tinggal 4 orang di SMPN 11
Sumber di bawah ini ....... https://experiencing-life.com/2016/05/03/3-alasan-pentingnya-psikotes-pada-karyawan/
3 Alasan Pentingnya Psikotes Pada Karyawan
Baik pekerja maupun pemberi kerja pasti setuju bahwa pekerja ideal ialah ketika ia merupakan the right man on the right place. Bagi sebagian orang, bekerja dengan menghitung angka-angka dan mencocokkan data dari satu dokumen ke dokumen lainnya merupakan pekerjaan yang sangat mereka senangi, sementara bagi sebagian lainnya, ketika diminta bekerja demikian, mereka akan sangat frustrasi dan tidak puas dengan pekerjaannya. Akibatnya, tentu hasil kerjanya menjadi tidak optimal, banyak kesalahan, dan bahkan menambah pekerjaan bagi orang lain.
Keunikan pada diri setiap orang rupanya menjadi modal penting bagi roda industri untuk tetap berputar. Dengan variasi peran yang dijalankna, mereka akan dapat saling mengisi kekosongan satu sama lain, sehingga produktivitas kerja dapat tercapai. Masalahnya, jarang sekali perusahaan yang memiliki orang yang tepat pada posisi yang tepat itu. Ada orang-orang yang sebenarnya sangat potensial jika bekerja di bidang keuangan, namun karena ia bekerja di bidang pemasaran, maka potensinya menjadi tidak berkembang, walau ada pula orang-orang yang memang potensi dan motivasi kerjanya sangat terbatas sehingga tidak akan sesuai untuk mengisi pekerjaan apapun.
Untuk membantu memetakan potensi dan kemampuan seseorang agar dapat mengisi posisi yang tepat dalam sebuah perusahaan, pemeriksaan psikologis penting untuk dilakukan. Namun masalahnya, banyak perusahaan yang memilih untuk tidak melakukan pemeriksaan psikologis pada karyawannya karena berpikir bahwa mereka harus mengeluarkan uang. Padahal, menempatkan orang di posisi yang salah justru malah membuat mereka berpeluang besar untuk mengeluarkan uang yang lebih besar daripada untuk melakukan pemeriksaan psikologis (misal: biaya training yang sia-sia, produktivitas kerja yang kurang optimal, dan angka turnover yang meningkat).
Pemeriksaan psikologi biasanya dilakukan oleh pihak ketiga dengan tujuan untuk menjamin netralitas hasil penilaian terhadap karyawan. Tujuan pemeriksaan bisa untuk dalam rangka seleksi penerimaan karyawan, pemetaan karyawan, atau mengevaluasi performa dan kesiapan karyawan yang nantinya akan berguna untuk pertimbangan melakukan promosi pada karyawan. Pemeriksaan psikologi merupakan rangkaian proses yang terdiri dari: psikotes (penggunaan materi tes psikologi baik dalam bentuk paper-and-pencil maupun computerized), observasi (bisa dalam bentuk simulation, focus group discussion, leaderless group discussion), dan wawancara.
Sekurang-kurangnya ada 3 alasan yang membuat psikotes/pemeriksaan psikologi pada karyawan penting untuk dilakukan perusahaan:
#1. Psikotes/pemeriksaan psikologis memungkinkan kita untuk memprediksi performa pekerja sebelum mereka bekerja. Berbeda dengan tes akademis yang biasa dilakukan, psikotes dapat memberikan informasi bukan hanya tentang kemampuan pekerja, tetapi juga potensi dari pekerja tersebut. Potensi berarti sesuatu yang belum terlihat. Dengan demikian, ketika ada karyawan yang kurang menunjukkan performa yang baik, melalui psikotes/pemeriksaan psikologis kita dapat mengetahui apakah kinerja yang kurang baik tersebut disebabkan oleh: a) ia tidak memiliki kemampuan dan kemauan untuk bekerja dengan baik, b) ia sebenarnya memiliki kemauan untuk bekerja, namun tidak mampu, c) ia sebenarnya mau dan mampu bekerja, namun kurang termotivasi karena beberapa faktor. Dengan menilik pada hal ini, tentu mudah untuk dapat memprediksi siapa yang akan berhasil, siapa yang akan berhasil jika dilakukan penyesuaian (baik pada sistem reward, posisi/jabatan, dan lain-lain), dan siapa yang kemungkinannya sangat kecil untuk berhasil.
#2. Psikotes/pemeriksaan psikologis memberikan informasi yang sulit didapat jika hanya mengandalkan pengamatan atau penilaian secara umum dan bukan oleh profesional di bidangnya. Setiap orang, apalagi orang yang sedang melamar kerja, tentu berusaha untuk menciptakan kesan pertama yang positif. Kesadaran bahwa dirinya sedang dinilai pasti membuatnya untuk menunjukkan dirinya yang terbaik. Jika yang ditunjukkan bukanlah kondisi yang sebenarnya, maka tentu saat ia bekerja, hasil kerjanya tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Rangkaian pemeriksaan psikologis/psikotes dapat mendeteksi hal tersebut, sehingga dapat membedakan orang-orang yang terlihat baik karena mereka memang benar-benar baik dan orang-orang yang terlihat baik karena mereka sedang menyembunyikan hal-hal yang buruk.
#3. Psikotes/pemeriksaan psikologis membantu memetakan karyawan untuk mengisi posisi yang sesuai dengan dirinya. Rangkaian pemeriksaan psikologis dilakukan bukan hanya untuk menguntungkan perusahaan karena dapat memiliki orang-orang terbaik untuk mengisi posisi yang ada, tetapi juga menguntungkan karyawan yang bekerja di dalamnya karena akan membuatnya bekerja sesuai dengan minat dan kemampuannya. Setiap orang pasti memiliki potensi, dan sepanjang didukung dengan motivasi dan semangat kerja yang positif, tentu ia akan sesuai dengan salah satu dari sekian banyak lowongan pekerjaan yang ada. Memiliki karyawan yang bekerja sesuai dengan keahliannya akan membuat produktivitas kerja meningkat berkali-kali lipat karena pekerjaan tidak lagi dianggap sebagai beban bagi mereka, tetapi sebagai pengalaman positif yang membantu mengaktualisasi diri mereka.
Oleh karena itu, psikotes merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam menunjang produktivitas suatu industri. Namun, perlu tetap diingat bahwa hasil psikotes bukanlah alat untuk menjadikan label bagi orang-orang yang dites. People change. Jadi, apabila ada orang-orang yang saat dites mendapat hasil kurang memuaskan, rekomendasi psikologis (yang biasanya juga diberikan di dalam laporan hasil psikotes) tetap perlu diperhatikan untuk meningkatkan potensi / kapabilitas karyawan tersebut. Beberapa informasi hasil psikotes juga memiliki masa validitas yang terbatas pada beberapa bulan atau tahun karena manusia adalah mahkluk yang dinamis dan pembelajar.
Somber bawah ........ http://tekunorogio.blogspot.co.id/2016/09/kenapa-harus-ada-psikotesini-jawabannya.html
Kenapa harus ada psikotes?ini jawabannya
Assalamualaikum wr.wb
Kadang saya sering bertanya,
"apa sih psikotes itu"?kenapa harus ada tes matematika dasar,tes ketelitian,kecepatan tangan ataupun apalah itu.
"apa sih psikotes itu"?kenapa harus ada tes matematika dasar,tes ketelitian,kecepatan tangan ataupun apalah itu.
mungkin ada yang penasaran juga,karena ini adalah awal kalian untuk masuk ke sebuah perusahaan,betuuullll?
Menurut yang saya baca dari internet,psikotes itu kurang lebih seperti ini.
Psikotes merupakan serangkaian tes yang dilakukan oleh Psikolog (profesional) atas permintaan klien (entah itu individu atau organisasi seperti perusahaan) untuk memberikan gambaran utuh tentang aspek-aspek psikologis seseorang sesuai dengan kebutuhan dan keperluan klien.
Tes tersebut diberikan sebagai alat atau sarana bagi Psikolog untuk dapat memahami secara utuh aspek-aspek psikologis individu agar dapat memberikan gambaran (profile psikogram) setiap individu yang mengikuti tes tersebut.
Keseluruhan proses tes tersebut dilakukan sesuai dengan standar pelayanan kode etik psikolog
Keseluruhan proses tes tersebut dilakukan sesuai dengan standar pelayanan kode etik psikolog
Karena yang diminta Psikolog adalah respon atas pernyataan/pertanyaan yang diberikan kepada individu sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya orang yang bersangkutan. Respon tersebutlah yang dijadikan indikator untuk memberikan gambaran profile setiap individu yang mengikuti tes.
Jadi sebenarnya yang dilakukan oleh Psikolog lewat psikotes adalah membantu pihak manajemen dalam melakukan‘the right man on the right place’atau ‘job-fit’.
Oleh karena itu Anda tak perlu kecewa kalau tidak ‘lolos’, karena kesemua tes yang diberikan adalah menggambarkan kemampuan dan kompetensi Anda sesuai dengan respon yang Anda berikan.
Oleh karena itu Anda tak perlu kecewa kalau tidak ‘lolos’, karena kesemua tes yang diberikan adalah menggambarkan kemampuan dan kompetensi Anda sesuai dengan respon yang Anda berikan.
Itulah sebab kenapa setiap perusahaan yang akan merekrut karyawan tes yang pertama kita hadapi adalah psikotes.
Tiap perusahaan biasanya berbeda dalam soal tes psikotes,tapi tak jarang pula yang sama
Tapi apapun psikotes yang diberikan,silhkan kawan jawab sebaik mungkin
Tapi apapun psikotes yang diberikan,silhkan kawan jawab sebaik mungkin
Semoga bisa membantu kalian yang ingin tahu tentang psikotes
Jangan lupa tetap membaca kawan.
https://iyus.wordpress.com/2012/05/16/psikotes-dipercaya-ataukah-tidak/Jangan lupa tetap membaca kawan.
Somber bawah .... http://manajemen.bisnis.com/read/20131031/56/183870/psikotes-layak-dipercaya-atau-tidak
Psikotes Layak Dipercaya atau Tidak?
Lain lagi kasusnya yang menimpa sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit di mana saya pernah menjadi konsultannya. Sewaktu di tes, ada seorang supervisor dari perusahaan competitor yang hendak diterima. CV-nya cukup meyakinkan. Namun, dari hasil psikotes, termasuk dalam kategori tidak disarankan.
Namun, karena supervisor itu berasal dari perusahaan kompetitor yang terkenal, supervisor itu diterima. Tak tahunya, supervisor itu termasuk supervisor yang NATO (No Action, Talk Only).
Namun, karena supervisor itu berasal dari perusahaan kompetitor yang terkenal, supervisor itu diterima. Tak tahunya, supervisor itu termasuk supervisor yang NATO (No Action, Talk Only).
Bahkan, supervisor inipun tidak masuk dalam masa percobaan. Dua kasus di atas itulah yang sering membuat kita pusing tujuh keliling di saat harus menetapkan apakah seseorang diterima menjadi karyawan atau tidak hanya berdasarkan hasil psikotes saja.
DUA KUTUB KEYAKINAN SOAL PSIKOTES
Saat ini, kita berada di dua kutub keyakinan. Ada yang tidak percaya dengan psikotes sama sekali. Umumnya, mereka yang berasal dari kubu ini komentarnya adalah ”Ala… psikotes itu bisa dipelajari!”, ”Saya enggak percaya psikotes karena enggak menunjukkan kinerja seseorang”.
Di sisi lain, ada yang justru sangat yakin dengan psikotes. Jadi kalau psikotes menunjukkan tidak disarankan, maka apapun alasannya, orang itu pasti tidak akan diterima. Titik. Maka, di antara kedua keyakinan inilah, saya cenderung mengajak kita untuk menyikapi psikotes ini dengan lebih bijaksana.
BAGAIMANA MENYIKAPI HASILNYA?
Awalnya, psikotes adalah sebuah alat saringan (filter) untuk mencari ”yang baik dari yang buruk” ataupun mencari ”yang terbaik dari yang baik”. Jadi, fungsi awalnya sering dikaitkan dengan shortlisted (untuk memperkecil jumlah).
Misalkan saja, untuk merekrut 100 pendaftar yang sama sekali sarjana baru. Maka, psikotes akan memperkecil jumlah yang perlu diproses lebih lanjut. Jadi, di sinilah psikotes membantu kita mengurangi jumlah orang yang perlu ditindak lanjuti.
Umumnya, dalam hasil assessment ataupun hasil psikotes ada tiga kemungkinan yang seringkali kita baca di bawah profil seorang pelamar kerja: disarankan, dipertimbangkan, tidak disarankan. Bedanya? Disarankan, artinya, berdasarkan psikotes, orang ini dianggap layak untuk dikaryakan. Inilah kandidat utama yang bisa langsung dapat lampu hijau untuk proses berikutnya (jadi, diproses berikutnya, bukan berarti harus langsung diterima lho ya!).
Dipertimbangkan, artinya ya lampu kuning. Ada beberapa aspek yang mungkin perlu diperhatikan lebih lanjut. Jadi butuh perhatian yang lebih mendalam untuk menentukan apakah calon ini layak atau tidak. Tidak disarankan, artinya memang tidak memenuhi kriteria menurut alat tesnya.
Namun, ingatlah. Apa pun hasil psikotes, saya anggap bahwa kita baru mengantongi sepertiga dari kemampuan seseorang. Lha, yang dua pertiga lagi apa? Pengalaman saya mengatakan dua pertiga itu terdiri atas (1) hasil penggalian selama interview serta (2) pengalaman teknis.
Jadi, sekarang kita mengerti bahwa ”disarankan” ataupun ”tidak disarankannya” seseorang dalam suatu psikotes sebenarnya hanya memberikan kontribusi sepertiganya saja. Jadi, Anda masih punya PR berikutnya.
Pertama, melihat pengalaman dan kemampuan teknis termasuk prestasinya terkait pekerjaan yang akan dimasuki. Kedua, menggali lebih jauh tentang orang ini (baik melalui interview, ataupun reference check, termasuk dalam tahapan ini). Barulah, setelah semuanya lolos, kita bisa mengatakan kandidat itu sangat aman untuk diterima.
Penjelasan di atas akhirnya memberikan penjelasan kepada kita mengapa ada yang gagal di psikotes, tetapi ternyata ketika diterima ternyata bisa bekerja. Ataupun sebaliknya, hasil psikotesnya bagus tetapi gagal dalam melakukan pekerjaannya.
HATI-HATI DENGAN PSIKOTES
Di perusahaan-perusahaan Amerika Serikat dan sekitarnya seperti Kanada, di mana saya menempuh pendidikan sertifikasi recruiter sewaktu menjalani S-2 saya, psikotes menjadi sangat tidak populer.
Mereka kemudian sangat berfokus pada teknik mengecek pengalaman, referensi kontak langsung dengan perusahaan dulu (biasanya ini dilakukan) serta teknik interview yang mendalam. Itulah sebabnya mengapa di perusahaanperusahaan Amerika Serikat teknik Behavior Based Interview atau Competency Based Interview menjadi lebih populer.
Lantas, kembali ke pertanyaan awal, apa yang membuat psikotes kadang jadi tidak popular dan tidak dipilih? Barangkali, inilah beberapa alasan utamanya! Pertama, soal-soal psikotes yang bocor kemana-mana.
Akibatnya, orang lebih tertarik untuk memberikan apa jawaban yang disarankan daripada apa yang menunjukkan kenyataan tentang dirinya. Kedua, jam terbang psikolog yang kurang atau kurang mengerti bagaimana membaca hasilnya. Coba berikan hasil profil psikotes kepada dua psikolog, maka mereka akan memberikan intepretasi yang beda.
Kalau sudah menyangkut hal ini, jam terbang menjadi kuncinya. Psikolog berpengalaman akan tahu, kapan ia harus menganulir hasil tertentu (karena pertimbangan situasi pekerjaan serta risiko) serta mana yang tidak bisa dikompromikan lagi.
Ketiga, hanya sekadar tren saja dan tidak tahu mengapa psikotes itu dipakai. Kenyataannya, ada banyak perusahaan yang cuma memegang ”kunci” jawaban tetapi ketika ditanya lebih teliti mereka tidak bisa menjelaskan. Jadinya, mereka hanya berkata ”wah, dari dulu prosedurnya memang begini kok”.
Keempat, di antara variasi, mahalnya serta sulitnya mencari alat tes yang pas. Coba tanya pada semua psikolog, pastinya mereka semua akan menganjurkan bahwa psikotes terbaik tidak boleh disamaratakan untuk semua jenis pekerjaan. Namun coba prakteknya sekarang?
Rata-rata, di banyak tempat mau kerjanya administrasi, keuangan, lapangan, semua dikasih psikotes yang sama tanpa terkecuali. Mungkin kalau hanya sekitar 60-70 % sama, hal ini bisa kita terima (misalkan aspek kepribadian), tetapi kalau 100% sama? Karena itulah, memahami situasi ini, banyak perusahan mulai mengembangkan alatnya sendiri dengan tim rekrutmennya.
Namun, proses ini tidaklah mudah dan memakan waktu panjang. Jadi, sekarang mengertilah kita, mengapa alat-alat psikotes mulai makin berkurang dipakai di perusahaan-perusahaan. Di akhir tulisan ini saya hanya memberikan dua komentar. Pertama, kepada para pemimpin yang merekrut.
Jangan antipati ataupun menyerahkan sepenuh pada psikotes. Ingatlah, psikotes hanya memberikan sepertiga infomasi bagi kita. Kedua, saran ini lebih ditujukan kepada para perekrut (rekan-rekan psikologi & HRD), bersikaplah bijak dengan psikotes.
Hargailah tool psikotest sama seperti seorang teknisi menjaga alat kerjanya. Tidak semua tools bisa dipakai untuk sama rata. Sama seperti seorang tukang yang butuh berbagai peralatan kerjanya.
Bedakan fungsinya. Jangan hanya karena tahunya palu, di mana-mana hanya palulah yang dipakai. Lantas, mari selalu update dan jangan malas untuk mengembangkan pengetahuan kita soal psikotes.
Coba search di Internet, lihatlah ada begitu banyak alat tes psikologi yang berkembang. Lalu bandingkan dengan kenyataannya di negara kita? Sejak belasan tahun berlalu, alat psikotes kita cuma itu-itu saja (Kraeplin, Pauli, Wartegg, IST, EPPS).
Persoalannya, tes-tes ini bahkan sudah diajarkan jawabnnya di kursus-kursus latihan kerja. Inilah tantangan buat kita! Pepatah mengatakan, ”Sebagai polisi, kita harus lebih pintar dari pencuri”. Kitapun harus lebih pintar, atau kalau ragu-ragu, mungkin kita lebih baik tidak menggunakannya sama sekali.
Artikelnya sangat rinci detail dan bermanfaat, ini ada tambahan sedikit 5 penyebab gagal tes psikotes terimakasih sebelumnya atas atensinya.
BalasHapus